Hidrologi : Curah Hujan Titik (LNK 52)
LAPORAN PRAKTIKUM Hari/Tanggal : 14 September 2016
HIDROLOGI Dosen :
Sisi Febriyanti Muin , M.Si
Asisten : Prahaditya Riskiyanto
Orita Mega Delani
CURAH
HUJAN TITIK
RIZKI
SILVIANA
J3M115099
TEKNIK
DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM
DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bumi tempat kita berpijak sebagian besar
adalah air. Air yang ada dimanfaatkan oleh mahluk hidup di bumi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari baik untuk minum, mencuci, mandi dan masih
banyak yang lainnya. Air yang kita gunakan sehari-hari telah menjalani siklus
meteoric yaitu telah melalui proses penguapan dari laut maupun sungai lalu
mengalami kondensasi di atmosfer dan kemudian menjadi hujan yang turun ke
permukaan bumi tersebut ada yang langsung mengalir di permukaan bumi (run off)
dan ada yang meresap ke bawah permukaan bumi (infiltration). Proses terjadinya
siklus air inilah yang kemudian disebut siklus hidrologi, dimana air terus
mengikuti siklusnya. Air yang ada dipermukaan bumi kemudian menguap menuju ke
langit dan berkumpul membentuk awan, hingga awan sampai pada titik jenuh lalu
meneteskan air ke bumi. Inilah yang disebut air hujan, curah hujan ini
merupakan unsur iklim yang mempunyai variasi terbesar baik itu variasi sebaran
waktu dan variasi sebaran tempat.
Besar curah hujan yang terukur dan tercatat
oleh sebuah alat penakar hujan merupakan kejadian hujan lokal yang mewakili
wilayah tidak luas. Sebaran hujan dalam suatu wilayah tergantung pada tipe
hujan dan kondisi lahan. Oleh karena itu perlu pengelolaan data curah hujan
agar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan manusia dan alam. Penentuan curah
hujan titik yang berdasarkan pada beberapa penakar hujan akan menghasilkan data
yang lebih baik. Praktikum kali ini saya akan melakukan analisa curah hujan
titik. Presipitasi
(hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling penting.
Hujan
adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan
merupakan salah satu komponen input dalam suatu proses dan menjadi faktor
pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan. Peran
hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam
kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya
(Bayong 2004).
Tujuan
Untuk mengetahui dan menganalisis
karakteristik curah hujan titik.
BAHAN DAN METODE
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
kali ini yaitu penggaris, kalkulator, laptop, sedangkan bahan yang digunakan yaitu
data curah hujan tiap menit dan data curah hujan titik 1 stasiun pengamatan.
Prosedur
Kerja
Hitung selang waktu pengamatan curah
hujan kemudian hitung lama hujan dengan menjumlahkan tiap selang waktu
pengamatan menggunakan exel, selanjutnya hitung hujan dengan menggunakan rumus Σ CH2 = d1 +
d2.
Hitung
intensitas hujan tiap selang waktu pengamatan dengan menggunakan rumus I = d/t. buatlah grafik presipitasi
dengan memplotkan jumlah hujan sebagai Y dan lama hujan sebagai X, selanjutnya
buat grafik batang dengan memplokan jeluk hujan sebagai Y dan waktu sebagai
Xdan yang terakhir buatlah hietograf dengan memplotkan intensitas sebagai Y dan
lama hujan sebagai X.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik 1 : Analisis Curah Hujan per
Bulan.
Grafik 2 : Analisis Intensitas Hujan
per 5 menit
Grafik 3 : Analisis Intensitas Hujan
Terhadap Lama Hujan
PEMBAHASAN
Curah
hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode
tertentu dan diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) diatas permukaan
horizontal. Curah hujan juga dapat diartikan sebagai tinggi air hujan yang
diterima oleh permukaan tanah sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan
perembesan ke dalam tanah
(Anonim
2013).
Frekuensi curah hujan adalah cara
perkiraan untuk mendapatkan frekuensi kejadian curah hujan dengan intensitas
tertentu yang digunakan dalam perhitungan pengendalian banjir, rancangan
drainasi dan digunakan untuk pengamatan yang akan datang. Jika data pada sebuah
titik pengamatan lebih dari 10 tahun, maka frekuensi atau perkiraan data
hidrologi dapat diperoleh dengan cara perhitungan kemungkinan tersebut. Cara
ini memperkirakan frekuensi dengan menjumlahkan banyaknya tahun pengamatan pada
titik – titik pengamatan dalam suatu daerah. Misalnya terdapat data selama 10
tahun pada setiap 10 titik pengamatan, maka dianggap data maksimal dari
frekuensi yang ada yaitu 10x10 = 100 tahun, cara ini adalah cara yang paling
sederhana tanpa harus menggunakan penyelesaian secara statistika. Cara ini
dapat diterapkan didaerah yang mempunyai kondisi meteorology yang sama, bukan
didaerah pegunungan.(
Asdak, Chay. 2007)
Distribusi curah hujan memiliki keadaan
yang berbeda – beda sesuai dengan jangka waktu yang ditempuh yakni curah hujan
tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah hujan bulanan (jumlah curah
hujan dalam sebulan), dan curah hujan harian (jumlah curah hujan dalam 24 jam).
Distribusi curah hujan di suatu daerah dapat digambarkan dengan isohyets, dapat
digunakan data tahunan, data bulanan, bahkan data harian. Berdasarkan data rata
– rata curah hujan bulanan, umumnya wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga pola
hujan, yaitu pola hujan monsun, yang wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas
antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, dicirikan dengan bentuk
(u) pola hujan, kemudian Pola hujan equatorial yang memiliki wilayah distribusi
hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimaum dan hampir
sepanjang tahun masuk dalam kreteria musim hujan dan biasanya terjadi sekira
bulan Maret dan Oktober, dicirikan dengan bentuk pola (m), dan Pola hujan lokal
yang memiliki wilayah distribusi hujan bulanan kebalikan dari pola monsoon,
pola ini dicirikan dengan bentuk pola unimodial (n) satu puncak hujan, tetapi
bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun. Berdasarkan dari hasil grafik
yang sudah didapat , bisa dikatakan bahwa curah hujan di Indonesia bagian barat
lebih besar dibandingkan Indonesia bagian timur, karena pulau Jawa dan
sekitarnya dihubungkan oleh selat – selat sempit yang menyebabkan curah hujan
menjadi meningkat khususnya di Jawa Barat yang paling banyak jumlah curah hujannya
dan terbentuk pola hujan monsun.
Di Indonesia terdapat beberapa tipe
hujan yaitu, hujan asam adalah hujan yang kondisi airnya menunjukkan tingkat
keasaman yang cukup tinggi, hujan ini dapat terjadi karena uap air yang masih
berada diatmosfer berkontaminasi oleh polusi udara, hujan orografis (hujan
pegunungan) adalah hujan yang terjadi di lereng – lereng pegunungan, hujan ini
terjadi karena udara yang mengandung uap air terhalang pegunungan dan mengalami
proses kondensasi kerana pendinginan temperatur kemudian turun menjadi hujan,
kemudian hujan frontal (front) adalah hujan yang terjadi karena pertemuan dua
massa udara yang berbeda temperaturnya yaitu massa udara panas dengan massa udara
dingin. Hal ini mengakibatkan massa udara panas yang bermuatan uap air akan
naik keatas massa udara dingin, kemudian terjadi pengembunan dan turun menjadi
hujan. Di daerah Jawa Barat, khususnya Bogor memiliki tipe hujan frontal dikarenakan daerah Bogor berada didaerah
pegunungan dan miliki suhu yang relative panas sehingga menggalami tipe hujan
frontal.
Intensitas hujan adalah ketinggian curah
hujan yang terjadi pada jangka waktu dimana air tersebut terkondensasi (Joesron
Loebis 1992). Dalam pengukuran curah hujan harus dilakukan kalibrasi alat
pengukuran sederhana dengan alat pengukur standar. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan ketelitian nilai alat yang digunakan dan memberikan nilai satuan
yang telah ditetapkan oleh dunia.
Grafik yang diperoleh dari hasil
praktikum menunjukan hubungan antara X dan Y
saling berkaitan, hal ini terjadi karena nilai X yang menyatakan waktu
dapat meningkatkan nilai Y, dimana Y sebagai nilai intensitas hujan. Jika nilai
X meningkat secara tidak langsung nilai Y juga akan mengalami peningkatan dan
bahkan juga dapat mengalami penurunan, dikarenakan nilai X terlalu besar atau
waktu pengamatan terlalu lama akan mempengaruhi nilai Y.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilakukan diperoleh data pola hujan di daerah Jawa Barat,
khususnya Bogor mengalami pola hujan monsun, tipe hujan frontal dan mendaptkan
nilai X (waktu) dan nilai Y (intensitas hujan) mengalami peninggkatan di setiap
menitnya. Curah hujan yang berbeda – beda di pengaruhi oleh faktor garis lintang,
faktor ketinggian tempat dan jarak dari sumber air hujan, jika semakin dekat
potensi hujannya, maka semakin tinggi arah anginnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2013.Pengertian Curah Hujan.
(21 september 2014)
Asdak, Chay. 2007.hidrologi dan
pengelolahan DAS. Bandung : UGM
Bayong THK. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB
Joesron
Loebis .1992. Pengertian Intensitas Hujan.
Yogyakarta : UNY
Siagian P. 2011. Analisis Data Hujan. Jambi : Universitas
Jambi
Komentar
Posting Komentar