laporan evapotranspirasi
LAPORAN PRAKTIKUM Hari/Tanggal : 05 Oktober 2016
HIDROLOGI Dosen : Sisi Febriyanti Muin , M.Si
Asisten : Prahditya Riskiyanto
Orita Mega Delani
EVAPOTRANSPIRASI
RIZKI
SILVIANA
J3M115099
TEKNIK
DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM
DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan
hidup makluk hidup, air menyusun 70%-80% dari berat tumbuhan ketika tanaman
masih hidup. Air juga berfungsi sebagai media transportasi unsur hara dan
terlibat dalam reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Dibidang pertanian, air
diperoleh dari hujan atau irigasi, Sebagian air juga berasal dari bawah tanah
yang bergerak ke atas secara lambat sebagai pengganti kehilangan air pada
tanaman (Satrodarsono dan Takeda, 2003).
Evapotranspirasi
adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan
vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor
iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi
adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah),
intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan
transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara
intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan
kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada
permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi
adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi
sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Soewarno, 2005).
Usman
(2004) menyatakan bahwa evapotransiprasi dalam bidang pertanian dapat disebut
sebagai ET. ET merupakan kebutuhan air pada tanaman. Kebutuhan air pada tanaman
dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi
kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET)dari tanaman yang sehat, tumbuh
pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempun¬yai
kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi
produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Usman, 2004).
Tujuan
Untuk mempelajari prosedur
dan cara pengolahan data evapotranspirasi serta mengetahui mempelajari perbedaan metode Penman dengan metode Thornthwaite.
BAHAN DAN METODE
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali
ini yaitu laptop, alat tulis, dan data perhitungan faktor-faktor yang
mempengaruhi evapotranspirasi.
Prosedur
Kerja
A. Metode Penman (Meyer et al. (1987)
Diketahui g =0.0661 kPa oC-1 dan
G=0 (asumsi)
1.
Hitung
nilai T dari (Tmax+Tmin) / 2
2.
Hitung
Vangin (km/hari)
3.
Hitung Qn, D, f(u), es, ea, dan
Qn
= 0.75*Qs – 0.4
∆ = 0.1 exp(21.555 – 5304/(T+273.1)) x {5304/(T+273.1)2}
f(u) =
4.84 + 0.0742 u
es = 0.6108 exp(17.27 T/(T+237.3))
ea = 0.6108 exp(17.27 Tmin/(Tmin+237.3))
=2.50025 – 0.002365 T
4.
Hitung ETp
ETp = {(D/(D+g)) (Qn – G) + (g/(D+g)) f(u) (es-ea)} / l
Nilai ETp tiap bulan = nilai ETp yang
didapatkan dikalikan jumlah hari pada tiap bulan
B. Metode Thornthwaite
Perhitungan dilakukan dengan data
yang sama (Tabel 2).
1.
Hitung nilai i
untuk masing-masing bulan dengan rumus
i = (T/5)1.54
*nilai T merupakan nilai T rata-rata
2.
buat tabel i untuk
setiap bulan, lalu hitung nilai i dalam 1 tahun (=165)
3.
Hitung nilai A
A=(6.75x10-7
i3) – (7.71x10-5 i2) + (1.79x10-2
i) + 0.4424
4.
Cari eTp tiap bulan
dengan rumus
ETp = 1.6 (10 T/I)A
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data Evotranspirasi dengan metode Penman
Unsur iklim
|
J
|
F
|
M
|
A
|
M
|
J
|
J
|
A
|
S
|
O
|
N
|
D
|
Jumlah Hari
|
31
|
28
|
31
|
30
|
31
|
30
|
31
|
31
|
30
|
31
|
30
|
31
|
Tmax (oC)
|
30.1
|
30.3
|
30.8
|
31.4
|
31.6
|
31.6
|
31.4
|
31.4
|
31.4
|
31.3
|
30.7
|
30
|
Tmin
|
24.2
|
24.1
|
24.6
|
24.2
|
24.2
|
23.6
|
23.1
|
23.7
|
23.3
|
23.5
|
23.9
|
24.1
|
Tmean
|
27.15
|
27.2
|
27.7
|
27.8
|
27.9
|
27.6
|
27.25
|
27.55
|
27.35
|
27.4
|
27.3
|
27.05
|
Vangin (m s-1)
|
2.2
|
1.8
|
1.6
|
1.5
|
1.9
|
2
|
3.2
|
3.5
|
2.2
|
2.1
|
1.6
|
2
|
Vangin (km hari-1)
|
190
|
156
|
138
|
130
|
164
|
173
|
276
|
302
|
190
|
181
|
138
|
173
|
Qs (MJ m-2 hari-1)
|
14.9
|
16
|
16.4
|
15.9
|
15.5
|
15.3
|
15.5
|
16.8
|
16.7
|
15.7
|
15.2
|
14.6
|
CH (mm)
|
350
|
242
|
365
|
280
|
270
|
160
|
123
|
86
|
102
|
210
|
417
|
492
|
Qn
|
10.8
|
11.6
|
11.9
|
11.5
|
11.2
|
11.1
|
11.2
|
12.2
|
12.1
|
11.4
|
11.0
|
10.6
|
Δ
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
0.3
|
f(u)
|
18.9
|
16.4
|
15.1
|
14.5
|
17.0
|
17.7
|
25.4
|
27.3
|
18.9
|
18.3
|
15.1
|
17.7
|
es
|
3.60
|
3.61
|
3.71
|
3.74
|
3.76
|
3.69
|
3.62
|
3.68
|
3.64
|
3.65
|
3.63
|
3.58
|
ea
|
3.02
|
3.00
|
3.09
|
3.02
|
3.02
|
2.91
|
2.83
|
2.93
|
2.86
|
2.90
|
2.97
|
3.00
|
λ
|
2.44
|
2.44
|
2.43
|
2.43
|
2.43
|
2.43
|
2.44
|
2.44
|
2.44
|
2.44
|
2.44
|
2.44
|
ϒ
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
0.0661
|
G
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
ETp (mm hari-1)
|
4.43
|
4.63
|
4.70
|
4.65
|
4.71
|
4.75
|
5.28
|
5.64
|
5.18
|
4.86
|
4.44
|
4.30
|
ETp (mm bulan-1)
|
137.48
|
129.73
|
145.66
|
139.40
|
146.03
|
142.54
|
163.80
|
174.71
|
155.33
|
150.51
|
133.20
|
133.26
|
Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang diukur
jika ingin mendapatkan nilai evapotasi dari suatu badan permukaan atau
vegetasi. Besar kecilnya nilai suhu dapat mempengaruhi nilai evaporasi. Secara umum
semakin meningkatnya suhu dapat meningkatakan laju evaporasi. Seperti yang
dikatakan oleh Rosenberg et al (1983)
dalam Usman (1996) suhu mempengaruhi evapotranspirasi melalui beberpa cara
yaitu jumlah uap air yang dapat dikandung udara (atsmosfer) meningkat secara
ekponensial dengan naiknya suhu udara, udara yang panas dan kering dapat
mensuplai energy ke permukaan, dan suhu dapat mempengaruhi penguapan melalui
celah stomata daun
Dari hasil data yang telah diperoleh,
nilai evapotranspirasi berkisar antara 129.73 sampai 174.71 mm/bulan pada setiap
tahunnya. Evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan nilai
sekitar 174.71 mm/bulan. Pada metode Penman faktor - faktor lingkungan sangat mempengaruhi tingkat
evapotranspirasi seperti besarnya suhu, kecepatan mata angin, dan pancaran
sinar matahari yang berbanding lurus dengan tingkat evapotranspirasinya. Hal
ini menandakan bahwa pada bulan Mei hingga Oktober terjadi musim kemarau karena
nilai evapotranspirasinya lebih besar dibandingkan dengan bulan November hingga
April.
Unsur iklim
|
J
|
F
|
M
|
A
|
M
|
J
|
J
|
A
|
S
|
O
|
N
|
D
|
|
Jumlah Hari (N)
|
31
|
28
|
31
|
30
|
31
|
30
|
31
|
31
|
30
|
31
|
30
|
31
|
|
Tmean
|
27.15
|
27.2
|
27.7
|
27.8
|
27.9
|
27.6
|
27.25
|
27.55
|
27.35
|
27.4
|
27.3
|
27.05
|
|
i
|
13.0
|
13.0
|
13.4
|
13.4
|
13.5
|
13.3
|
13.0
|
13.2
|
13.1
|
13.1
|
13.1
|
12.9
|
158.0
|
A
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
4.06
|
|
ETp
|
149.03
|
135.62
|
161.67
|
158.76
|
166.47
|
154.18
|
151.27
|
158.15
|
148.58
|
154.68
|
147.48
|
146.81
|
Pendugaan ETP metode Thornthwaite ini
hanya menggunakan data suhu rata – rata bulanan saja, sedangkan metode penman
menghendaki data yang cukup banyak seperti suhu, radiasi, kecepatan angin,
kelembaban udara sehingga hasilnya lebih akurat, namun sulit diterapkan pada wilayah
yang tidak memilik data iklim yang lengkap. Berbeda
halnya dengan metode Penman, metode Thornthwaiteti melibatkan faktor lingkungan
dalam perhitungannya kecuali suhu rata-rata per bulan. MetodeThornthwaite menekankan
pada indeks nilai panas pada setiap bulanya. Hasil dari data metode Thernthwaite berbeda dengan
metode Penman. Karena hanya mengandalkan suhu maka jelas nilai evapotranspirasi
tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan suhu 27.9 derajat Celsius.
Grafik 1. PerbandinganNilai ETP Metode Penman dan Thornthwaite
KESIMPULAN
Evapotranspirasi menunjukkan
bahwa terjadi fluktuatif dikarenakan adanya perubahan cuaca sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhinya berubah juga. Metode Penman lebih akurat dibandingkan
dengan metode Thornthwaite karena menggunakan faktor-faktor sebagai bahan perhitungan.
Nilai evapotranspirasi tertinggi terjadi pada musim kemarau yang ditunjukkan dengan
nilai evapotranspirasi mencapai 174.71 mm/bulan dengan metode Penman.
DAFTAR
PUSTAKA
Allen, R. G. 1998.“Crop
Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop
Requirements.” Irrigation and Drainage Paper No.
56, FAO, Rome, Italy.
Eko Sulistyono, Suwarto dan
Yulianti Ramdiani,2005 Evaluasi Metode Penman-Monteith
dalam
Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran Rendah Propinsi
Lampung, Indonesia
Fontenot, R.L. 2004. “An
evaluation of reference evapotranspiration models in Louisiana.”
MSc
thesis, Louisiana State Univ., Baton Rouge, La.
Kodoatie, RJ
dan Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi.
Yogyakarta
Satrodarsono, dan Takeda, K.2003. Hidrologi
untuk pengairan. Pradnya Paramitha : Jakarta
Usman, 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta.
Bumi
Aksara. 101 hal.
Tumiar Katarina Manik, R. Bustomi
Rosadi dan Agus Karyanto Defisit Evapotranspirasi
sebagai
Indikator Kekurangan Air pada Padi Gogo (Oryza
sativa L.) Bul.Agron.
Komentar
Posting Komentar